Sabtu, 19 November 2011

MK, PLANKTONOLOGI ANGK.2011 (Ir. Arif Tribina)

Produktivitas Plankton
Pada tiap tingkat tropik ada produksi. Pada tingkat tropik terbawah
dimana terjadi proses fotosintesis oleh organisme autotrop di hasilkan produksi
primer. Sedangkan seluruh produksi pada tingkat konsumer merupkan produksi
sekunder (Odum, 1983).
Odum (1983), mendefinisikan produktivitas primer suatu sistem ekologi
sebagai laju penyimpanan energi radiasi melalui aktivitas fotosintesis dari
produser atau organisme (terutama tumbuhan hijau) dalam bentuk bahan
organik yang dapat digunakan sebagai bahan pakan. Untuk menghasilkan
produksi primer, produser melakukan fotosintesis dengan bantuan cahaya
matahari yang ditangkap oleh pigmen-pigmen fotosintesis.
 Fotosintesis adalah proses fisiologis dasar yang penting bagi nutrisi
tanaman. Persamaan umum proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan
hijau adalah sbb:
6CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2
Persamaan ini menunjukkan bahwa proses tersebut adalah sebuah reaksi
reduksi-oksidasi. CO2 direduksi dan H2O dioksidasi (Forti, 1969; Valiela ,
1984).
Apabila produksi sekunder adalah produksi yang dihasilkan pada tingkat
konsumer, maka produktivitas sekunder sebenarnya meliputi banyak organisme
pada tingkat konsumer seperti herbivora dan karnivora. Akan tetapi biasanya
produktivitas sekunder dihitung berdasarkan produksi konsumer primer dalam
hal ini zooplankton. Produksi dari populasi hewan mengacu pada pembentukan
biomassa baru dalam periode waktu tertentu. Ada dua pendekatan yang telah
diterapkan dalam studi produksi yaitu metode dinamika populasi dan metode
pengaturan energi (energy budget). Pendekatan dinamika populasi
terkonsentrasi pada pertumbuhan biomassa sedangkan pendekatan energy
budget mengukur komponen-komponen konsumsi, respirasi dan ekresi.
Ada permasalahan dalam menentukan produktivitas sekunder antara lain,
perbedaan ukuran pada tiap individu menyebabkan jumlah individu/satuan
volume berbeda antara satu jenis dengan jenis yang lain atau dalam jenis yang
sama pada tahap siklus hidup yang berbeda. Sebagai contoh pada jenis
calanus yang siklus hidupnya melewati 6 fase nauplii dan 6 fase kopepodite
 dengan masing-masing berbeda ukuran maka jumlah individu per satuan
volume dari tiap fase akan berbeda. Oleh karena itu diperlukan ada perbedaan
dalam penghitungan untuk masing masing jenis zooplankton (Lewis,Jr. 1985)
 
PERANAN PLANKTON DALAM EKOSISTEM LAUT
Pada ekosistem laut setidaknya ada tiga komponen organisme yang hidup
dildalamnya bila diklasifikasikan berdasarkan kemampuan pergerakannya yaitu
organisme planktonik, organisme nektonik dan organisme bentik. Organisme
planktonik meliputi organisme yang memiliki pergerakan lemah dan tidak
mampu mempertahankan posisinya dari pergerakan arus air. Termasuk
didalamnya adalah plankton baik yang bersifat nabati (fitoplankton) maupun
hewani (zooplankton).
Organisme nektonik adalah organisme yang memiliki pergerakan yang kuat
dan mampu mempertahankan posisinya dari pengaruh arus. Kemampuan
pergerakan ini merupakan ciri khas organisme jenis ini sehingga organisme ini
dapat memperoleh makanannya dengan memangsa, menghindari pemangsaan,
serta menghindari kondisi lingkungan yang tidak cocok bagi kehidupannya.
Organisme nektonik sebagian besar terdiri dari ikan, reptil, dan invertebrate
cepalopoda. Sedangkan organisme bentik adalah organisme dengan
pergerakan yang sangat terbatas dan oleh karena itu organisme ini banyak
terdapat pada daerah bentik (dasar perairan). Organisme bentik umumnya dari
jenis organisme yang hidup menancap, membuat lubang (burrowing) atau
merayap didasar perairan. Beberapa contoh organisme menancap misalnya
lamun, karang, teritip, tiram dan remis. Contoh organisme pembuat lubang
antara lain cacing, kima, kerang, dan keong. Beberapa jenis crustacean seperti
udang dan kepiting merupakan organisme yang hidup merayap.
Pada ekosistem perairan organisme utama yang mampu memanfaatkan
energi cahaya adalah tumbuhan hijau terutama fitoplankton. Fitoplankton
merupakan organisme autotrop yaitu organisme yang mampu menghasilkan
bahan organik dari bahan anorganik melalui proses fotosintesis dengan bantuan
cahaya. Sebagai organissme autotrop fitoplankton berperan sebagai produser
primer yang mampu mentransfer energi cahaya menjadi energi kimia berupa
bahan organik pada selnya yang dapat dimanfaatkan oleh organisme lain pada
tingkat tropis diatasnya. Fitoplankton merupakan produser terbesar pada
ekosistem laut. Pada ekosistem akuatik sebagian besar produktivitas primer
dilakukan oleh fitoplankton (Parsons dkk, 1984). Steeman-Nielsen (1975)
menyatakan bahwa kurang lebih 95% produksi primer di laut berasal dari
fitoplankton.
 
Sebagai produser primer, fitoplankton menduduki tingkatan terbawah
pada piramida makanan (Gambar 14), artinya fitoplanktonlah yang mendukung
seluruh kehidupan di laut. Dengan kata lain fitoplankton menduduki tropik level
paling randah dan berperan mentranfer energi matahari dan mendistribusikan
energi tersebut pada organisme laut melaui rantai makanan. Apabila dilihat
bentuk piramida makanan maka bisa diartikan bahwa semakin ke atas ukuran
individu bertambah sedangkan jumlah individu menurun. Sebaliknya jumlah
fitoplankton jauh lebih besar dibanding zooplankton dan ikan tetapi ukurannya
jauh lebih kecil.
Bahan organic hasil proses footsintesis dapat dimanfaatkan oleh
zooplankton yang menduduki tropic level kedua pada piramida makanan. Pada
tingkat tropik ini zooplankton berperan sebagai organisme herbivora atau
konsumer primer. Sebagian besar zooplankton memakan fitoplankton atau
detritus dan memiliki eran penting dalam dalam rantai makanan pada ekosistem
perairan. Beberapa spesies memperoleh makanan melalui uptake langsung
dari bahan organik yang terlarut. Zooplankton pada dasarnya mengumpulkan
makanan melalui mekanisme feelter feeding atau raptorial feedeng.
Zooplankton filter feeder menyaring seluruh makanan yang melewati ’mulutnya’
sedangkan pada raptorial feeder sebagian makanannya dikeluarkan kembali.
Proses saling memangsa antar satu dengan yang lainnya disebut rantai
makanan (food chain) sedangkan rangkaian rantai makanan disebut jaring
makanan (food web). Pada rantai makanan maupun pada jaring makanan
fitoplankton menempati tempat yang terendah sebagai produser primer. Rantai
 makanan grazing di laut dimulai dari fitoplankton sebagai produser dan
zooplankton sebagai konsumer (grazer). Apabila terjadi kematian baik
fitoplankton maupun zooplankton maka akan menjadi mata rantai pertama
dalam rantai makan detritus (detritus food chain). Kedua rantai makanan
tersebut menjadi siklus dasar dalam produksi di laut .
 
IV. KESIMPULAN
1. Hampir seluruh produksi primer di laut (95%) berasal dari
fitoplankton.
2. Fitoplankton merupakan organisme flora yang mampu menangkap
energi matahari dan memanfaatkan nutrien yang tersedia untuk
dirubahnya menjadi sumber energi bagi kehidupan di laut.
3. Plankton memiliki peran besar dalam proses produksi di laut
sebagai mata rantai pertama dalam rantai makanan (food chain) di
laut.
4. Melalui rantai makanan grazing, zooplankton merupakan mata
rantai penyambung siklus makanan bagi kehidupan di laut.
                                                                                                              
Sumber SUNARTO UNPAD 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NO SPAM